Sudah menjadi peraturan tidak tertulis, pedagang papan alas dan alat tulis tidak diperbolehkan menjajakan dagangan mereka di kampus UIN Jakarta agar tidak mengganggu peserta ujian SPMB-Mandiri. Namun, selalu ada cara bagi mereka untuk tetap menjajakan dagangan tanpa sepengetahuan satpam-satpam UIN Jakarta.
Salah seorang pedagang, Adi, menuturkan cara agar bisa menjajakan dagangannya di dalam kampus. Ia mengenakan kemeja dan tas agar disangka sebagai peseta SPMB-Mandiri. Setelah memarkir motornya di dekat Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), ia pun mulai berjualan.
Adi menambahkan, tidak hanya tahun ini ia berdagang di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tahun lalu, ia berdagang di sekitar Fakultas Adab dan Humaniora (FAH), namun diusir oleh satpam karena dianggap mengganggu para peserta dan orang tua yang mengantar. “Padahal, saya hanya mencari rezeki di sini. Saya tidak bermaksud mengganggu para peserta. Siapa tahu para peserta butuh papan atau alat tulis yang saya jual,” ungkap Adi, Rabu (4/6).
Pedagang lain pun ikut menuturkan cara agar mereka terhindar dari satpam UIN. Salah satunya adalah Yadi. Ia mengingatkan pedagang yang lain jika ada satpam UIN yang hendak mengusirnya.
Melihat tingkah para pedagang yang bandel, salah satu peserta SPMB-Mandiri dari SMA Negeri 48 Pinangranti, Nurul Hikmah mengatakan, ia terganggu dengan kehadiran para pedagang, khususnya di FAH, tempat ia melaksanakan ujian. “Kalau kami tidak membawa papan alas atau alat tulis, kami pasti membeli di pedagang yang ada di pintu masuk. Buat apa mereka berdagang di sini? Di sini kami ingin belajar sebelum ujian. Tapi, mereka terus berkeliling, berdagang, bahkan terkesan memaksa agar kami membeli dagangannya,” keluh Nurul, Rabu (4/6).
Tidak hanya peserta, orang tua pun demikian terganggu ketika melihat pedagang mondar-mandir dan menawarkan papan alas dan alat tulis kepada anak-anak mereka. Mustaqim, salah satu orang tua peserta mengeluhkan para pedagang yang memaksa agar para peserta membeli dagangannya.
“Kalau pedagang mencari untung, saya hargai. Saya juga mencari rezeki untuk anak dan istri saya. Tapi, pedagang tersebut memaksa agar kita mau membeli dagangan mereka. Sudah memaksa, dagangan mereka terlalu mahal dibandingkan dagangan-dagangan yang kami beli di toko buku pinggir jalan,” tuturnya, Rabu (4/6).
Menanggapi hal itu, Komandan Sekuriti UIN Jakarta Pardiyono menjelaskan, sudah ada kebijakan mengenai tempat-tempat berdagang. Para pedagang diperbolehkan menjajakan dagangannya di sekitar pintu masuk kampus UIN sampai di depan bank Mandiri.
Sayangnya, seringkali satpam UIN luput jika pedagang menyamar sebagai salah satu peserta ujian. Menurut Pardiyono, tidak mungkin ia menggeledah barang bawaan para pengendara motor yang hendak memasuki kampus UIN Jakarta karena alasan kesopanan. “Tapi, kalau mereka bersifat mengganggu, tentu harus disingkirkan,” ucapnya, Rabu (4/6). (Gita Juniarti)