UIN Jakarta, INSTITUT- Malam puncak perayaan
ulang tahun Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) ke-55 pada tanggal
30 Juni lalu kurang mencerminkan
sebagai fakultas pendidikan. “Dilihat dari konten
acara, perayaan kali ini lebih mengunggulkan bidang seni dan olahraga,” ujar Acelya Kencana Putri, mahasiswi Jurusan
Pendidikan Kimia .
Ia menjelaskan, dari segi keilmuan dan ilmiah,
perayaan milad FITK terasa sangat kurang karena
kompetensi mahasiswa masih
belum dimaksimalkan. “Ibaratnya,
kita punya kompetensi
masing-masing, yakni bahasa, IPA,
IPS, dan agama. Sayangnya, itu semua belum
terangkul,” ujarnya, Minggu (1/7).
Acelya menambahkan, pemilihan duta tarbiyah
sudah cukup bisa mempresentasikan pendidikan, namun lomba lainnya belum
mengupas bidang keilmuan secara maksimal. “Ada
lomba resensi, tapi hanya merangkul
jurusan bahasa, yakni Pendidikan
Bahasa Inggris (PBI) dan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia (PBSI). Ada yang suka, tapi lomba lainnya
belum mewadahi kompetensi yang
ada di fakultas,” ujarnya.
Hal senada diucapkan mahasiswa Jurusan
Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah (PGMI), Ahmad Fatah Yasin.
Ia menuturkan, milad FITK belum
maksimal menonjolkan konten
pendidikan. “Perlu
adanya peleburan kegiatan
yang mengarahkan seluruh
potensi mahasiswa dari
berbagai macam scope
pendidikan yang berbeda,” ucapnya, Minggu (1/7).
Di
sisi lain, mahasiswi Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS),
Suhartikah Gustia mengatakan,
milad hanyalah acara
fakultas, “Itu hanya milad yang
bercirikan umum, tidak perlu harus bercirikan
pendidikan,” tuturnya.
Acelya menyarankan agar ke depannya
rangkaian acara dapat
mengangkat lomba dari segi
keilmuan, seperti lomba membuat
media pembelajaran, baik dari
basis komputer atau
bahan bekas. “Tujuannya agar dapat
diaplikasikan dalam dunia
pendidikan dan kalau
memungkinkan, ada lomba micro teaching, sehari berpakaian
seperti guru, atau lomba karya
tulis ilmiah. Di UIN kan jarang lomba seperti itu,” tambahnya.
Ketua
Panitia Tarbiyah Expo Frandi Astara menuturkan, media pembelajaran
dan micro teaching sudah diajarkan di mata
kuliahnya masing-masing. Menurutnya, mereka pasti sudah mempunyai gambaran
dasar. “Di sini kita ingin mengeksplor talenta, membuktikan bahwa FITK itu
bukan hanya bisa
mengajar, tapi juga menyanyi,
berpidato, meresensi buku,dan olahraga,” jelasnya.
Ia juga menambahkan, resensi dan pidato
tidak harus dari PBSI dan PBI, tapi juga bisa dari jurusan lain yang
berkompeten dalam hal tersebut. “Meresensi dan pidato kan tidak mesti
dari jurusan bahasa. Jika ia memang benar-benar punya bakat, mereka pasti bisa,”
ujarnya. Terkait lomba karya tulis ilmiah, mnurut Frandi, pelaksanaannya diatur
oleh divisi Latihan dan Pengembangan (Litbang). “Mungkin di event selanjutnya
bisa,” ujarnya. (Anastasia Tovita)