UIN
Jakarta, INSTITUT- Momen ujian
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tidak hanya
dimanfaatkan para penjual alat tulis dan makanan saja. UIN Parking juga ikut
mencari keuntungan dengan menaikan tarif parkir dari Rp500 menjadi Rp1000 untuk
motor dan dari Rp1000 menjadi Rp2000 untuk mobil, Selasa (12/6), UIN Jakarta.
Kebijakan
ini diberlakukan selama dua hari saat ujian SNMPTN berlangsung. Kenaikan tarif
parkir hanya ditujukan kepada siswa-siswi yang hendak melaksanakan ujian SNMPTN
saja. Namun, hal ini dinyatakan kurang efektif dan tidak tepat sasaran.
Pasalnya, mahasiswa juga ikut membayar tarif yang tidak seperti biasa.
Imam
Arifin, mahasiswa Jurusan Tarjamah Fakultas Ilmu Adab dan Humaniora (FAH)
merupakan salah satu mahasiswa yang ikut merasakan kenaikan tarif parkir. Ia
menilai, UIN pintar mencari kesempatan. “Uangnya UIN kan sudah banyak. Jadi,
gak perlu dinaikkan tarifnya,” ujarnya, Selasa (19/6).
Menanggapi
masalah ini, Ketua Bagian Umum, Ali Meha membantah kalau UIN Parking mencari
keuntungan lewat Ujian SNMPTN. Ia mengaku, hal ini mereka lakukan untuk
menutupi keuangan yang kosong saja. “Karena Ujian SNMPTN bertepatan dengan
minggu tenang. Pasti sedikit sekali mahasiswa yang datang ke kampus. Jadi, kami
memilih untuk menaiki tarif parkir,” jelasnya, Senin (18/6)
Ia
menambahkan, tarif parir dinaikkan untuk membayar gaji satpam. Terlebih, pada
saat itu banyak satpam yang diturunkan untuk mengatur lahan parkir. “Kami
membutuhkan banyak personel untuk mengatur kendaraan yang datang agar parkir
tidak semrawut. Tidak hanya di tempat parkir saja, hampir di setiap fakultas
ada dua sampai tiga satpam yang kami tugaskan,” papar Rahmat Hidayat,
Koordinator lapangan UIN parking.
Lanjutnya,
kenaikan tarif parkir hanya pada saat-saat tertentu saja. Misalnya pada saat
wisuda, ujian SNMPTN, dan ujian mandiri. Menurutnya, wajar saja jika UIN
menaiki tarif parkir kerena banyak orang luar yang masuk ke UIN. Mereka banyak
memakan tempat untuk parkir kendaraan. “Yah, hitung-hitung sewa lahan
parkirlah. Lagipula parkir di sini sudah murah. Jadi, tidak terlalu masalah
bagi mereka,” ujar Rahmat.
“Kemarin
masih bayar seribu. Tapi, hari ini harganya naik jadi dua ribu,” ucap salah
seorang wali murid yang sedang menunggu anaknya. Di samping itu, Adi Nugroho
mahasisawa Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia (PBSI) Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Semester 2 mengatakan, asal tidak terus menerus
diberlakukan, ia tidak mempermasalahkannya.
Ali
menyayangkan, mahasiswa dinilai terlalu kritis menanggapi permasahan ini. “Cuma
500 perak saja kok dipermasalahkan. Jangan diperbesar-besarkanlah,” ucapnya. (Nur
Azizah)