UIN
Jakarta, INSTITUT - Beberapa mahasiswa yang
biasa menunggu angkutan umum di halte baru Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta mengeluhkan kurangnya fasilitas, khususnya tempat duduk
dan tempat sampah. Hal itu membuat halte menjadi kurang efektif dan tidak
nyaman.
Nurul Millah, Mahasiswa Fakultas
Ilmu Tarbiyyah dan Keguruan menilai,halte baru UIN kurang efektif karena tidak
tersedia tempat duduk. Hal tersebut membuat para pengguna halte merasa tidak
nyaman.“Jadi kalau lagi nungguin mobil harus berdiri, kalau nggak jongkok,”
ucapnya.
Senafas dengan Millah, Mahasiswa
Fakultas Sain dan Teknologi, Dedandi juga menilai penting adanya tempat duduk.
“Soalnya banyak mahasiswa yang suka nungguin bis,terus kalau bisnya lama kan
pegel juga berdiri terus,” ungkapnya.
Menanggapi hal tersebut, Kepala
Bagian Umum, Muhammad Ali Meha menjelaskan, pihaknya memang sengaja tidak
menyediakan tempat duduk di halte baru. Adanya tempat duduk tidak selamanya
memberikan hal positif. Ia khawatir jika disediakan tempat duduk, justru
disalahgunakan. “Entar malah dipakai untuk pacaran lagi,” tuturnya.
Oleh karena itu, ia sengaja
membatasi fasilitas (tempat duduk) di halte baru untuk mengantisipasi hal
tersebut tidak terjadi. “Bukan kita tidak punya uang, tapi khawatir
disalahgunakan,” ucapnya santai.
“Kita tahu
tidak semua mahasiswa akan melakukannya, namun kita memang sudah banyak
memergoki mahasiswa berpacaran didalam (kampus)”, tambahnya.
Ia menambahkan, alasan pihaknya
member tempat duduk pada halte lama adalah karena halte tersebut memiliki
penerangan yang cukup. “Kalau halte yang itu (halte lama) kan kesorot lampu
dari masjid,” jelasnya.
Menanggapi ketiadaan tempat
sampah, sebenarnya pihaknya telah menyebarkan di beberapa titik. Namun, sering
banyak yang hilang atau rusak, sehingga untuk menghindari kesia-siaan, ia juga
sengaja tidak menyediakannya.
Ia juga
mengakui kekecewaannya terhadap pihak-pihak tidak bertanggungjawab merusak
fasilitas kampus. Pihaknya sering sekali mengganti
lampu penerangan di halte karena sering hilang. Ia pun menuturkan, sering
mengecat ulang halte karena ada oknum-oknum yang suka menempel informasi tidak
penting atau mencorat-coret halte hingga membuat dinding halte kotor. “Sudah
berkali-kali dicat ulang,” tambahnya. (Siti Ulfah
Nurjanah)