UIN Jakarta, INSTITUT- Salah satu dari rangkaian acara Milad Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM), diadakan Lomba Debat “Media dan Pemilu 2014” yang berlangsung di lobi FIDKOM, Selasa (12/6). Acara ini diselenggarakan juga untuk menyambut pesta demokrasi yang berlangsung 5 tahun sekali.
“Peserta dituntut untuk kritis dan peka terhadap masalah yang terjadi belakangan ini, baik dari segi perpolitikan maupun dari segi kebijakan media dalam menyambut pemilu 2014, mendatang,” kata Khariroh Maknunah, panitia penyelenggara debat.
Peserta dalam lomba ini terbagi menjadi dua kubu, pro dan kontra. Kelompok pro berasal dari jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) dan jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI). Sedangkan kelompok Kontra terdiri daru Jurusan Jurnalistik, Manajemen (MD) dan Kesejahteraan Sosial (Kessos)
Sesi pertama, masing-masing kubu menyampaikan pernyataan terkait keberadaan media menjelang pemilu 2014. Kubu pro berpendapat, media dibutuhkan masyarakat guna mengetahui calon pemimpinnya. Sedangkan menurut kubu kontra, pemilu tidak perlu menggunakan lagi media karena kini banyak media yang dikuasai pemilik kepentingan alias tidak independen.
Selain itu, moderator mengemukakan wacana terkait pasal 3 ayat 2 tentang asas, fungsi, hak kewajiban, dan peranan pers yang berisi “Pers Nasional dapat berfungsi sebagai lembaga ekonomi.” Kubu pro berpandangan, fungsi pers nasional tersebut adalah wajar karena media pers juga perlu membiayai produksi dan karyawannya.
Namun menurut pandangan kontra, fungsi pers tersebut menandakan bahwa media mudah dibeli oleh pemilik kepentingan partai. “Otomatis, media akan memihak salah satu partai tertentu dalam menyampaikan kampanye pemilu,” kata Dewi, delegasi Jurusan Jurnalistik.
Masalah lain terkait pemilu mendatang yang mengundang pro-kontra adalah tenggang waktu kampanye. Komisi Pemilihan Umum (KPU) memberikan 21 hari untuk masa kampanye partai. Pro menilai, waktu yang disediakan dianggap terlalu cepat.”Para calon membutuhkan waktu lebih lama untuk promosi agar masyarakat tahu visi dan misi yang hendak disampaikan,” ujar Khoir, delegasi KPI.
Kubu kontra menilai waktu tersebut cukup untuk ajang memperkenalkan diri. “Jelas cukup, soalnya mereka udah kampanye duluan sih. Di sinilah salahnya media yang mendukung kampanye sebelum waktunya,” celetuk salah seorang peserta debat.
Dirga Maulana, peneliti Political Literary Institute sekaligus juri debat mengatakan, debat seperti ini sangat bagus dan harus dipertahankan. Hal senada juga disampaikan Ana Sabhana Azmy, Dosen FIDKOM, “Debat seperti ini dapat menambah wawasan peserta maupun audiensi. Saya berharap dengan adanya kegiatan seperti ini, mahasiswa bisa melek terhadap permasalahan yang terjadi di negeri ini,” tuturnya. (Nur Azizah)