Tim
Search and Rescue (SAR) dari posko Cimelati mengelar aksi kemanusian dan
cinta lingkungan. Menurut Abdul Aziz, koordinator lapangan, terdapat 500-an
relawan yang terlibat dalam aksi ini, khususnya pada kegiatan operasi bersih
(Opsi) Gunung Salak I, Sabtu (2/6), Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Soma Suparsa, Ketua Umum Opsi Gunung Salak I mengatakan, pada dasarnya opsi
ini bertujuan membersihkan sampah sisa operasi kecelakaan pesawat Sukhoi Super
Jet 100, Kamis (9/5) lalu karena saat operasi pencarian dan evakuasi melibatkan
banyak relawan. Sekitar 500-an
orang setiap harinya melakukan kegiatan atau bahkan menginap di Gunung Salak,
sehingga banyak meninggalkan sampah.
Selain
opsi gunung salak, ada pula aksi cinta lingkungan seperti menanam pohon di
Cidahu. “Aksi ini dilatarbelakangi kerena semakin berkurangnya tanaman hijau di
daerah tersebut. Apalagi semenjak kejadian sukhoi kemarin. Banyak pohon yang
harus ditebang untuk memudahkan evakuasi,” jelas Abdul.
Ia
menambahkan, Opsi ini melibatkan beberapa elemen masyarakat. Bukan hanya tim
SAR dan TNI. Namun, ratusan relawan dari berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM), seperti Wanadri, Walhi, Tagana, PMI, Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) kabupaten bogor, Disaster Management Center milik Dompet Dhuafa, serta
Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) dari berbagai daerah.
Namun,
tidak semua relawan ikut dalam penyapuan bersih Gunung Salak I. Abdul
memperkirakan hanya 200-an orang yang ikut mendaki. Selebihnya, relawan dibagi
dalam tim logistik, medis, dan pemantau. Dalam opsi ini, kurang lebih 100
karung sampah berhasil dikumpulkan.
Selain
untuk pembersihan lokasi Gunung Salak, kegiatan ini sekaligus memperingati hari
lingkungan hidup sedunia yang jatuh pada 5 Juni kemarin. Aksi kemanusiaan dan
cinta lingkungan ini disambut baik oleh Sukmayanti, salah satu relawan dari
Mapala President University Adventure (DiverVenture). Pasalnya, ia turut serta
dalam penyapuan Gunung Salak. “Aksi ini sangat positif dan berjalan dengan
baik. Bisa lihat sendiri. Kita sudah membawa sampah dari puncak ke bawah,”
ucapanya.
Ia
berharap, opsi ini sebaiknya dilakukan setiap tahun. Bukan hanya dilakukan
karena terjadi musibah saja. Ia juga menekankan agar masyarakat sadar, gunung
bukanlah tempat yang tepat untuk membuang sampah. “Sebaiknya sampah dibawa
kembali ke bawah. Jangan ditinggal di atas gunung,” tegasnya. (Nur Azizah)