![]() |
Siswa sedang merayakan kelulusannya setelah pengumuman UN (sumber boyolali post) |
Berdasarkan data Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (Mendikbud), total peserta Ujian Nasional (UN) SMA tahun ini
sebanyak 1.524.704. Adapun siswa yang tidak lulus, sebesar 7.579. Kegagalan
siswa pada UN tahun ini ada pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan
Matematika.
Ahmad Bahtiar, dosen Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia (PBSI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Jakarta
menjelaskan, banyak aspek yang menyebabkan kegagalan pada bahasa Indonesia.
Menurutnya, para siswa SMA terlalu menganggap mudah pelajaran bahasa Indonesia,
“Padahal yang dipelajari berbeda dengan sehari-hari. Bahasa lisan tentu berbeda
dengan bahasa tulisan,” jelasnya
Ia menambahkan, kualitas guru bahasa
Indonesia kurang baik. Meski sebelumnya pihak sekolah sudah mengadakan seleksi
sebelum menerima pengajar, tapi itu hanya terbatas pada gelar saja, bukan pada
kemampuan guru. “Mungkin saja tidak semua guru yang mengajar bahasa Indonesia
berlatar belakang pendidikan bahasa Indonesia,” ungkapnya.
Bahtiar mengungkapkan, para siswa masih
lemah dalam wacana. Terlebih lagi siswa SMA saat ini, sangat kurang dalam
membaca buku. Baginya, seharusnya guru harus terus mengevaluasi kemampuannya,
karena bahasa Indonesia lebih luas dibanding bahasa Inggris.
Menanggapi komentar Bahtiar tentang
kualitas guru yang kurang baik, Widayati salah satu guru Bahasa Indonesia SMA
29 Jakarta mengatakan “Mengenai standar guru kembali lagi dari persepsi
orang, saya sudah berusaha memberikan yang terbaik” ujarnya.
Berbeda dengan Bahtiar, Asisda Wahyu Asri
Putrodi, dosen Sastra Bahasa Indonesia, Universitas Negeri Jakarta (UNJ)
menegaskan, guru yang mengajar sudah memiliki standar yang baik. Para guru pun
dianggap sudah memiliki bekal yang cukup.
Meski kualitas guru sudah baik, bagi
Asisda, guru harus terus mengembangkan kemampuannya, jangan hanya mengikuti
pendahulunya. Dalam mengajarkan pelajaran bahasa Indonesia kepada siswa SMA,
sebaiknya para guru menyesuaikan kemampuan siswa.
Menaggapi masalah ini, Sriwidayati, salah
satu guru Bahasa Indonesia, SMA 29 Jakarta mengungkapkan, sistem pengajaran
sudah sesuai dengan kurikulum. “Yang diajarkan sudah sesuai dengan kisi-kisi
UN, lagi pula dari dulu kisi-kisi tidak terlalu berbeda” terangnya.
Menurut Asisda, bahasa indonesia tidaklah
sulit. Namun yang menjadi masalah adalah faktor penyampaiannya, “Sehingga perlu
ada perbaikan sistem pengajaran,” paparnya ketika dihubungi via telepon
Dalam hal ini, Widayati memaparkan, siswa
sebenarnya sudah menguasai materi yang diajarkan. Namun, siswa tidak yakin
dengan kemampuannya sendiri, sehingga mereka sering ragu dalam menjawab
soal-soal.
Karlia Zainul