UIN Jakarta, INSTITUT- Dalam berbagai pertemuan terbukanya dengan
masyarakat, Imam Khomeini mengajak rakyat Iran untuk bangkit dan secara
terang-terangan menyebut Raja Syah Pahlevi sebagai pelaku utama kejahatan dan
sekutu rezim zionis. Ayatullah Ruhullah Al Musawi Khomeini menentang cara
kepemimpinan Raja Syah Pahlevi yang menyimpang dalam pemerintahannya.
Begitulah sepenggal kisah yang ditayangkan
dalam pemutaran film dokumenter sebelum acara diskusi yang diadakan oleh
Iranian Corner bekerja sama dengan Islamic Cultural Center.
Diskusi yang bertemakan “Konsepsi Cinta
Imam Khomeini” digelar pada Kamis, (31/5).
Bertempat di ruang teater lantai 4 Fakultas Ushuluddin
dan Filsafat (FUF), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, menghadirkan pembicara,
Mulyadi Kartanegara (Guru Besar FUF), Mahmoud Farazandeh (Duta Besar Republik
Islam Iran untuk Indonesia), dan Ayatullah Din Parvar (Direktur Lembaga Riset
Nahjul Balaghah). Acara ini dibuka
dengan sambutan Zainun Kamaludin (Dekan FUF) dan Sayyid Morteza Mosavi
(Direktur Islamic Cultural Center).
Ada beberapa poin tentang sosok Imam Khomeini yang disampaikan
Ayatullah dalam materinya. “Imam Khomeini adalah seorang pemimpin spesial yang mempunyai
cita-cita tinggi untuk memperjuangkan rakyatnya,” jelasnya.
Ia pun menambahkan, Imam Khomeini juga menggunakan
landasan cinta dalam Islam, menghilangkan pemikiran bahwa Islam adalah agama
keras dan teroris dengan cara berpidato dalam kesehariannya atau mengisi
khutbah Jumat.
Senada dengan Ayatullah, Mulyadi Kartanegara menjelaskan
bahwa Imam Khomeini berjuang bukan untuk dirinya sendiri, namun untuk
kesejahteraan rakyat. Menurutnya, dengan
kehadiran Imam Khomeini, kajian filsafat dapat terbuka. “Imam Khomeini bukan
hanya seorang intelektual saja tetapi juga seorang ideolog, ulama, filosof, dan
sufi,” tambahnya.
Terkait dengan acara tersebut, Zahra Mosthasavi,
Mahasiswi Fakultas Sains dan Teknologi (FST) jurusan Teknik Informatika
selaku panitia pelaksana acara mengatakan, acara seperti ini selalu
diadakan setiap tahunnya dan kali ini bertepatan dengan hari wafatnya Imam
Khomeini. Ia berharap dengan
diskusi ini dapat menebarkan cinta kepada sang Imam.
Salah satu peserta
diskusi, Yunita Handiyana, Mahasiswi FST jurusan Biologi merasa acara ini bagus
dan banyak manfaat hanya saja masalah teknis masih ada. “Dengan acara ini kita
dapat menyelami teladan tokoh-tokoh Islam,” ujarnya. (Gita Nawangsari)