Melihat
kondisi Mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora (FAH), Bahasa dan Sastra Inggris
(BSI) yang kurang memahami Ilmu Lingustik, Hilmi Akmal bersama seorang rekannya
berinisiatif membentuk perkumpulan. Perkumpulan ini dibuat khusus untuk
mengkaji materi ilmu kebahasaan. Mereka menamakannya Lingustics Club (LC).
Bertempat di Multimedia Language
Room, FAH, LC mengadakan perkumpulan untuk pertama kalinya. Tepat pada 9 Juni
2009, Hilmi menetapkannya sebagai hari lahir LC. “Saat itu hadir sekitar 50
mahasiswa dari berbagai jurusan di Adab,” kenang Hilmi yang juga Dosen
Linguistik di FAH.
Setelah itu, LC rutin mengadakan
kajiannya setiap Rabu. Biasanya Taman Auditorium Prof. Harun Nasution dipilih
sebagai tempat mengadakan kajian. Seiring berjalannya waktu, mahasiswa semakin
tertarik bergabung dengan perkumpulan yang memiliki logo Burung Kakatua ini.
Tak hanya dari FAH, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris dan
Pendidikan Bahasa Indonesia pun menjadi anggotanya.
Setahun setelah kelahirannya,
komunitas ini menambah bahan kajian. Tidak hanya membahas linguistik, mereka
juga membedah sastra, baik sastra Inggris maupun Indonesia. Ini disebabkan atas
kesepakatan para anggotanya. Semenjak saat itu, komunitas ini berevolusi menjadi
Linguistics and Literature Club (LCC).
Setelah menjadi LCC, komunitas
ini memiliki motto Lingua scientia et litera scientia omnibus. Semboyan
berbahasa latin ini memiliki arti, Ilmu Bahasa dan Ilmu Sastra untuk Semua
Orang. Maksudnya, LCC terbuka lebar untuk siapa saja tanpa peduli latar
belakang mereka.
Di Saung Sae ditemani segelas
minuman, Hilmi menjelaskan, di setiap pertemuan ia memilih sistem diskusi
serius namun santai. Dengan sistem ini, ia berharap dapat menarik minat
mahasiswa untuk diskusi. Menurutnya, kini mahasiswa mulai meninggalkan budaya
berdiskusi.
Salah
satu anggota, Hamdin, Mahasiswa FAH, Jurusan BSI menuturkan, cara pembelajaran
LCC sangat berbeda dengan di kelas. Canda tawa yang diselipkan di sela-sela
diskusi, membuatnya merasa nyaman dan tidak jenuh. “Tidak seperti di kelas, ada
batas antara dosen dan mahasiswa, ya enjoy aja,” ucapnya,
Selasa (12/6).
Meski baru 3 tahun hadir sebagai
komunitas, LCC telah mampu menoreh prestasi. Di akhir 2010, saat Dewan Kesenian
Jakarta (DKJ) mengumpulkan komunitas pecinta sastra, puisi karya LCC
berhasil terpilih untuk dimuat dalam sebuah buku. Buku tersebut berjudul Empat
Amanat Hujan dan diterbitan oleh DKJ kepustakaan. Populer Gramedia pun turut
mempublikasikannya. (Siti Ulfah
Nurjanah)