Ketiadaan dosen English native speaker(penutur
asli bahasa Inggris) selama 1 tahun di Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris (BSI),
Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) dianggap sebagai akibat dari kurang
optimalnya kinerja pihak jurusan dan fakultas.
Hal ini disampaikan Audia Eriana, mahasiswa semester 4
jurusan BSI. Dia mengatakan, sebagai jurusan bahasa asing, BSI
membutuhkan English native speaker sebagai media berlatih langsung
dengan para penutur asli bahasa asing tersebut mengenai pronunciation (pelafalan),listening (mendengarkan)
dan speaking (menuturkan).
Pernyataan
serupa diutarakan Pembantu Dekan (Pudek) I Bidang Akademik Fakultas Dirasat
Islamiyah (FDI), Usman Syihab, yang telah mendatangkan dua native speaker
bahasa Arab melalui kerjasama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab
(LIPIA)dan Kedutaan Besar Mesir.
Dia
mengatakan, native speaker diperlukan dalam mengasah pronunciation, pemantapan
intonasi, tata bahasa, dialek, serta pendalaman budaya dari sebuah bahasa,
karena bahasa berkorelasi erat dengan budaya.
Keterangan senada
juga disampaikan Dhuha Hadiansyah, dosen General Linguistics (Pengantar
Linguistik) BSI. Dia mengatakan, native dibutuhkan untuk
mendukung ketajaman pelafalan karena kesalahan pelafalan dapat menghambat
komunikasi lantaran lafal yang berbeda memberikan perbedaan makna dari sebuah
ungkapan.
Meski tidak
menampik perlunya native speaker, Kepala Jurusan BSI,Asep Saefudin,
membenarkan ketiadaan dosen native. Dia mengatakan, setahun
lalu, semester 4 angkatan 2009,BSI pernah menghadirkan seorangnative,
namun angkatan setelahnya belum pernah lagi mendapatkan pengajaran dari native
speaker.
Asep mengungkapkan,
ketiadaannative speaker ini terjadi akibat kendala jaringan kerjasama serta
dana yang disiapkan oleh fakultas. Untuk menghadirkan dosen native
speaker non-volunteer, fakultas harus mengeluarkan banyak dana. Sedangkan
untuk menghadirkan dosen sukarelawan native speaker, fakultas
terhambat minimnya jaringan kerjasama.
Terkait belum
adanya dosen native tersebut, Pudek I Bidang Akademik
FAH,Muhammad Farkhan, menambahkan, terdapat kendala dalam memilih
dosen native sebab tidak semua native speaker memiliki
kapabilitas yang memenuhi kualifikasi mengajar yang ditetapkan BSI.
Saat dimintai
pendapatnya mengenai hal ini, Direktur International Office (IO) UIN
Jakarta,Yeni Ratna Yuningsing mengungkapkan, beberapa cara yang dapat ditempuh
pihak fakultas untuk menghadirkan native speaker. “Keaktifan serta
keterbukaan fakultas mencari informasi merupakan kunci utama, termasuk
keterbukaan terhadap informasi ketersediaan volunteer di UIN
yang diberitahukan IO kepada setiap fakultas,” tutur Yeni.
Dia menambahkan,
diperlukan keberanian fakultas untuk mengalokasikan sejumlah dana dalam
pengadaannative speaker. Peran serta mahasiswa secara aktif dalam
peningkatan kemampuan bahasa juga diperlukan untuk mendukung kemajuan diri
mahasiswa, fakultas dan jurusan. (Adea Fitriana)