UIN Jakarta, INSTITUT - Soekarno bukan hanya pemimpin Indonesia, tapi juga pemimpin dunia. Sebagai bentuk kedekatannya dengan Islam, Soekarno banyak mengkaji buku hadist dan teologi serta menyumbangkan pemikiran-pemikirannya tentang Islam
Itulah yang dikatakan Dedi Suwendi Gumelar selaku moderator saat membuka acara seminar yang bertemakan “Soekarno dan Islam” yang diselenggarakan di auditorium Harun Nasution pada Kamis lalu (7/6).
Acara yang diselenggarakan atas kerjasama antara Yayasan Bulan Soekarno dan FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini mengundang Syafi’i Ma’arif, Hamka Haq, Hasyim Muzadi, dan Masdar F. Mas’udi sebagai pembicara. Komaruddin Hidayat, rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga turut hadir.
Syafi’i Ma’arif bercerita, awal kedekatan Soekarno terhadap Islam dimulai saat Soekarno tinggal di rumah H.O.S Cokroaminoto. Di sana, Soekarno juga belajar politik kebangsaan dengan Ahmad Dahlan.
Selain itu, ia mengatakan, antusiasme Soekarno dalam mempelajari Islam sangat besar, terbukti pada surat-surat yang ia kirimkan kepada Ahmad Hasan. Dalam surat tersebut, Soekarno meminta untuk dikirimkan buku-buku Islami. Melalui surat-suratnya, ia juga sempat berdialog mengenai Islam.
Hasyim Muzadi turut memaparkan bahwa Soekarno sepenuhnya Islam. Walau bila dilihat dari sudut pandangnya, saat itu Soekarno mengkaji pemikiran Islam dengan pendekatan paradigmatik dan filosofis yang tidak dapat dicerna oleh muslim umumnya kala itu.
Hamka Haq yang juga mengagumi ketersohoran Soekarno mengatakan, ada tiga negara yang turut mengagumi sosok Soekarno. Negara-negara tersebut adalah Mesir, Maroko, dan Pakistan. Di sana, nama Soekarno dipakai sebagai nama jalan dan pusat bisnis di beberapa daerah di negara tersebut.
Selain itu, Hamka pun berharap, dengan diadakannya acara ini, kita dapat mengenang kebesaran Soekarno sebagai tokoh bangsa dan tokoh dunia. Senada dengan Hamka, Meutia Rachmawati, salah satu panitia acara ini juga mengatakan, acara ini bertujuan untuk memperkenalkan pemikiran-pemikiran Soekarno dan meluruskan stigma-stigma yang berkembang tentang pandangan Soekarno mengenai Islam.
Menurut salah satu peserta seminar, Intan Widhyastuti, mahasiswi fakultas dakwah mengatakan, acara ini menarik karena dapat mengenalkan dan menanamkan semangat Soekarno dan keislamannya. “Sebenarnya saya tidak tahu kalau bulan Juni ini bulan Bung Karno, tapi karena ada acara ini, saya jadi lebih tahu tentang Bung Karno dan keislamannya,” jelas Intan. (Nida Ilyas)