Judul : Yang Galau Yang Meracau
Penulis : Fahd Djibran
Penerbit : Kurniaesa
Publishing
Tebal buku : 226 Halaman
Terbit : Juni, 2011
ISBN :
978-602-99349-0-8
Tak ada satu pun yang bisa memenuhi harapan
kita kecuali kita sendiri. Maka, saat kau merasa sedih atau bermasalah, jangan
menuduh siapapun, jangan menuduhku (setan). Kembalikanlah pada dirimu sendiri,
kau adalah tuan bagi dirimu sendiri. Itulah cara Tuhan menghidupkan
pertunjukannya, Dia (Tuhan) memberimu pilihan-pilihan, kemungkinan-kemungkinan,
ketiba-tibaan dan kau di tengah-tengahnya… fahadaynakum najdayn.
Itulah salah satu kutipan dalam buku Yang Galau
Yang Meracau. Buku ini dipersembahkan tidak semata-mata bagi mereka yang
“galau” dalam soal percintaan, tapi juga disuguhkan untuk mereka yang galau dan
ingin berbicara pada diri sendiri, secara lebih bebas dan lebih jujur.
Buku ini merangkum sejumlah tema yang
barangkali selama ini membuat kita galau: hidup, cinta, iman, dosa, setan, dan
Tuhan. Tema-tema itulah yang dengan berbagai turunannya, diakui atau tidak
selalu menjadi sentral pemikiran dan perenungan keseharian kita.
Pada tema-tema itu kita sering dihadapkan pada
dilema, semacam situasi tarik-menarik antara dua kutub-diri yang saling
bertentangan. Situasi itulah yang sering penulis sebut sebagai pertempuran.
Begitulah kata Fahd Pahdepie yang bernama pena Fadh Djibran dalam Pengantar
Yang Galau (Kata Pengantar).
Yang Galau Yang Meracau maksudnya “Galau”
adalah kegundahan hati akan berbagai macam hal yang tengah dihadapi oleh
manusia. “Racau” berarti berbicara tidak karuan, mengigau, megeluarkan bunyi
secara berulang-ulang.
Buku ini juga menceritakan tentang kehidupan
manusia, banyak para manusia yang memilih untuk menyerah dan putus asa dalam
menghadapi persoalan hidup dengan cara yang memalukan.
Lalu datang tuan setan, kita melihat setan di
sini dari segi positifnya. Mungkin manusia menganggap setan adalah kutukan
Tuhan untuknya, tapi sesungguhnya baginya ini adalah suatu keberuntungan.
Tuan setan mengatakan, “Hidup adalah hak yang
diberikan Tuhan.” Setan bahkan sampai terheran-heran mengapa ada manusia yang
lebih setan dari setan.
Buku ini tidak terlalu tebal, bahasanya pun
ringan. Di setiap bab selalu disispkan teks lagu berbahasa Inggris, mungkin
penulis bermaksud mengambil makna tersirat dari lagu itu. Akan tetapi, amat
disayangkan tidak semua pembaca mengerti teks lagu tersebut.
Jika kita ingin mengetahui lebih dalam lagi
alur dari buku ini, ada baiknya kita membaca edisi sebelumnya. Buku ini bisa
dijadikan rujukan untuk Anda yang gala uterus meracau. Galau pasti berlalu! (Nurmalisa)