Demam Hijabers
mewabah di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Hal itu terlihat ketika banyaknya mahasiswi Fakultas
Adab dan Humaniora (FAH), Fakultas Syari’ah
dan Hukum (FSH) dan
Fakultas Ilmu Dakwah
dan Komunikasi (FIDKOM) mengenakan
kerudung dengan gaya yang unik.
Dampak tersebut
mengakibatkan salah seorang mahasiswi UIN Jakarta, Fakultas Ilmu
Dakwah dan Komunikasi (FIDKOM) semester
2, Mira Rachmalia, menjadi penuh
kreasi dalam memakai
kerudung. Kerudung Paris yang
awal mulanya terkesan
biasa, kini dikreasikan dengan
ciput kerut dan
ciput ninja agar
terlihat sedikit berbeda
dari biasanya. Ia mengaku, gaya kerudung barunya merupakan
inspirasi yang lahir dari sebuah komunitas yang berisi wanita–wanita muslim
penuh kreasi dalam berbusana, yakni Hijabers
Community.
Kegiatan komunitas
tersebut sangat beragam, mulai dari
kelas kecantikan (Hijabers
Class), workshop fashion, program charity, hingga pengajian
rutin. “Hijabers bahkan pernah
mengundang Opick dan Teh
Ninih, istri dari Aa
Gym untuk mengisi
workshop dan seminar
yang diadakan oleh Hijabers Community
cabang Jakarta,” tutur Mekar
Ayu Lestari, anggota Hijabers
cabang Jakarta, Jumat (8/6).
Komunitas wanita
muslimah itu terbentuk
pada bulan November
2010 di Jakarta. Wanita – wanita dari
profesi dan latar
belakang berbeda berkumpul. Dari perkumpulan
itu, mereka membagi misi untuk
membentuk suatu komunitas
tren muslim yang
modis, tanpa mengurangi
nilai – nilai Islam dalam
berbusana.
Sisi menarik
yang dapat dilihat
dari Hijabers Community
ialah sisi fashion
style, terutama fashion style kerudung.
Para anggota Hijabers
Community memiliki rasa kreatif dalam
menciptakan style baru
yang berbeda dari
biasanya. Hebatnya, style mereka dapat
menular dengan cepat
kepada masyarakat. Itulah yang
diinginkan oleh Mekar, yakni
style yang dilahirkan
olehnya dan para
Hijabers dapat menjadi
inspiratif, terutama untuk mahasiswi
UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Selain bermain
dengan style kerudung,
Hijabers Community juga
bermain dengan busana
lain, seperti bolero (blazer), celana
harem dan celana
aladin. “Walau Hijabers adalah
komunitas yang terkenal
dengan style, Hijabers tetap menjaga
dan menutup aurat,” tutur
Mekar sambil membenahi
kerudungnya.
Bak sebuah
roda yang berputar, tak
hanya pujian positif
yang terus diterima
oleh para Hijabers. Komentar negatif
pun ikut menyerang. “Ada yang
bilang kalau Hijabers
berpakaian tidak sesuai
dengan ajaran muslim, “ ucap Mekar, Jumat (8/6). Ucapan negatif
tersebut tidak membuat
Mekar berputus asa
dan berhenti mengkreasikan
style-nya. Ia menjadikan ucapan negatif itu sebagai pelajaran,
agar kelak bisa membuat style yang lebih baik dan menjadi
inspirasi-inspirasi wanita muslim di kemudian hari.